Panik Setelah Utak Atik Pipa Induk
Kini warga hanya bisa berharap keuletan para pekerja untuk memulihkan jaringan air agar krisis air yang mendera selama satu pekan lebih ini bisa cepat terselesaikan.
Share This Article
Tidak terkejar target pemasangan pipa oleh PDAM Banggai melalui Dinas PUPR merupakan bukti ketidakseriusan perusahaan milik daerah ini dalam memenuhi hak dasar kebutuhan warga yang notabene-nya adalah pelanggan mereka. Kadis PUPR pada masalah ini belum bisa menjelaskan detil pokok persoalan setelah mengutak atik pipa induk.
“Saya belum tahu yang bermasalah dimananya, sebab tim teknis masih mengkajinya. Nanti kalau sudah ada hasilnya, kami akan jelaskan ke publik juga,” kata Kadis PUPR Banggai Bambang Eka Sutedy seperti dikutip dari banggairaya.id.
Dari keterangan Direktur Pelayanan PDAM Romi Botutihe sebelumnya, proyek pipanisasi setidakanya sedang dikerjakan di dua titik sekaligus dengan mengganti pipa induk jenis 12. Namun saat proses pemulihan sambungan mengalami hambatan akibat tekanan air, akhirnya banyak kebocoran di sambungan pipa.
Jadi target perbaikan yang semula hanya 2 atau 3 hari akhirnya molor hingga memasuki pekan kedua sejak pengumuman bakal ‘mati air’ ke warga.
Imbas dari utak atik pipa di mata air langsung dirasakan warga, setidaknya aktifitas masak, mandi dan buang air warga di Kelurahan Bukit Mambual juga sebagian Maahas tak lagi berjalan normal.
Memang sejauh ini ketergantungan pasokan air melalui ledeng PDAM khususnya di wilayah perkotaan Luwuk merupakan sarana vital dalam pemenuhan kebutuhan air rumah tangga. Sehingga, apapun upaya pihak PDAM it’s okey tapi tidak boleh asal bongkar lalu kemudian panik pada pemulihannya.
Diakui Romi kepada wartawan, aliran air di wilayah yang mengalami krisis tersebut sebelumnya normal-normal saja. Namun lantaran ada rencana untuk menambah jangkauan dan peningkatan kuota pasokan air yang bakal dialirkan pada pelanggan tambahan maka dianggap perlu penggantian jenis diameter pipa yang lebih besar. Nah disini masalahnya, setelah dibongkar-ganti pihak pekerja kesulitan melakukan pemasangan.
Akibatnya, warga yang tidak teraliri air bersih harus mengantri mendapatkan kebutuhan pokok ini, bahkan kebanyakan dari meraka harus menampung air hujan.
Dampak inilah yang diluar prediksi pihak PDAM, bisa dibilang sangat tak profesional. Padahal, jika punya perhitungan matang maka sebelum memutus jaringan pipa semestinya telah disiapkan alternatif B, C atau D.
Kini warga hanya bisa berharap keuletan para pekerja untuk memulihkan jaringan air agar krisis air yang mendera selama satu pekan lebih ini bisa cepat terselesaikan.